Ber-dumay ala Desa
Jaringan
internet di desa akrab dengan kata lambat. Siapapun yang mempunyai bisnis yang
berhubungan dengan internet harus bersabar karenanya. Kondisi daerah pedalaman
yang belum terjamah jaringan internet yang baik sering menjadi kendala.
Penulis
mencoba mewawancarai Sudianto Oei melalui email, owner HYPERNET, lulusan Bina
Nusantara ini tak diragukan lagi sepak terjangnya di bisnis ISP (Internet Service Provider). Menurut beliau, kendala utamanya adalah infrastruktur yang belum
merata. Bisa dilihat pula dari keberagaman pulau di Indonesia yang terpisah satu dengan lainnya.
Sebenarnya
ada solusi khusus untuk daerah pedalaman, yaitu melalui teknologi satelit VSAT
(Very
Small Aperture Terminal). Wikipedia Indonesia menyebutkan, VSAT
adalah stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk
piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Tetapi harga yang sangat mahal
membuat teknologi ini jarang digunakan. Apalagi satelit ini kurang stabil
menggunakan kondisi cuaca.
Peran
pemerintah sangat dibutuhkan agar infrastruktur bisa merata sampai pelosok.
Untuk sekarang ini pemerintah sudah mengandalkan USO (Universal Service Obligation). USO mencakup beberapa aspek,
diantaranya desa dering, pusat layanan
Internet kecamatan (PLIK), Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) dan
desa pinter. Walau belum rampung semuanya, warga desa bisa bernafas lega. Tentunya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Tak
ada alasan lagi untuk berselancar di dunia maya walau hidup di daerah
pedalaman. Tebas kata gaptek, kurang informasi dan lain sebagainya. Maksimalkan
apapun yang sudah ada sekarang, maju terus pantang mundur!
0 komentar:
Posting Komentar