Kamis, 24 Juli 2014

Artikel (4)



Rayuan Gombal ala Dunia Maya
Oleh Wahyu Widyaningrum*
Sumowono-Jawa Tengah
Rayuan selalu membuat hati perempuan berbunga-bunga dibuatnya. Tidak hanya ABG maupun pelajar, bisa juga terjadi pada ibu rumah tangga. Mengapa? Karena rayuan selalu mempunyai bumbu-bumbu manis yang membuat mata meredup malu, telinga terbuka lebar, dan jantung dag dig dug tidak karuan. Rayuan bisa lewat telepon atau surat. Lewat sms saja sudah sering bikin kita merinding ke ge-eran, apalagi langsung merayu di hadapan kita dengan setangkai mawar di tangannya. Wajar kalau kita bisa bertekuk lutut dibuatnya. Tetapi ada rayuan yang sebaiknya kita hindari dari awal, sebelum perangkapnya masuk menjerat kita.
Rayuan ala dunia maya
Bagaimana kalau rayuan hadir di dunia maya/dumay? Rayuan yang bagaimana? Yang pasti rayuan gombal yang membuat kita klepek-klepek dan tidak bisa tidur tujuh hari tujuh malam. Kok bisa? Bisa dong, faktanya banyak orang yang jatuh cinta lewat dunia maya hanya berdasar rayuan saat ngobrol.
Kadang kita kenal orang hanya lewat jejaring sosial. Belum pernah ketemu orangnya, tapi sering asyik chatting. Ngobrol ngalor ngidul, ujung-ujungnya minta nomor hp dan pin. Semakin sering kita bersua di dunia maya, semakin hari kita kena teror rayuan mautnya. Sampai akhirnya kita merasa kangen kalau tidak on line, obrolan yang ringan menjadi curhatan. Lama-lama rayuan gombal ala dunia mayapun mampir secara bertahap ke kita. Kalau masih single tidak masalah, bisa dilanjutkan kopdar alias kopi darat. Bisa mempererat hubungan yang sudah terjalin atau tidak itu menjadi urusan masing-masing pribadi. Tapi bagi yang sudah bersuami? Harus berpikir dua kali untuk rayuan jenis ini.
Ada juga tipuan manis yang berkedok rayuan gombal. Saking akrabnya berhubungan di dunia maya, hal yang sangat ‘pribadipun’ mulai keluar. Pribadi di sini, maaf bukan berbau pornografi, tetapi lebih ke urusan keuangan. Rayuan gombal yang ujung-ujungnya pinjam uang. Tak jarang kita lihat ada teman yang tertipu karena terlanjur mentransfer sejumlah uang ke sang perayu gombal. Entah karena alasan apa, bisa juga terlanjur cinta atau suka, jadi pinjam meminjam dianggap sepele, tanpa tahu dengan jelas si peminjam, uangpun meluncur lancar ke rekening teman dumay. Pada akhirnya yang dipinjami atau si perayu gombal hilang entah kemana. Lebih parah lagi kalau akun pribadi dan nomor teleponnya sudah tidak aktif. Sangat disayangkan bukan?
Kenyataan tak sesuai fakta
Bermain api memang berbahaya, tapi urusan rasa memang tidak bisa dihindari. Rayuan maut lewat dunia maya bisa mengakibatkan hal-hal di luar nalar kita. Memang di dunia maya kita bisa nulis apapun yang kita mau, tak perlu sesuai dengan kenyataan yang ada. Tapi nyamankah kita dengan situasi seperti itu? Kita tidak tahu mungkin datanya tertulis masih sendiri tapi faktanya sudah beristri atau sudah bertunangan.
Memasang foto di jejaring sosial memang sah-sah saja, mau foto kita sendiri ataupun foto artis idola, atau foto tetangga yang lebih keren dari kita, bebas. Nah, foto yang oke sering membuat kita kelimpungan, naksir berat, tidak tahu kenyataan yang sebenarnya. Pas ada kesempatan kopi darat dan bertemu muka secara langsung? Jrengg!! Mata terbelalak tak percaya! Lain dari foto-foto yang sering beredar di akun pribadinya. Yang kurus ternyata gemuk, yang gemuk ternyata kurus, yang cakep ternyata biasa saja, atau bahkan jauh di atas bayangan kita. Sungguh sangat mengecewakan, tapi itu sudah resiko menjalin hubungan dari teman dunia maya.
Pasang rambu-rambu
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seyogyanya kita lebih berhati-hati dengan teman dunia maya kita, apalagi bagi yang sudah punya pasangan hidup, hindari berhubungan dengan orang-orang yang tidak kita kenal secara langsung, apalagi kalau rayuan gombal sudah mulai berkibar.
Kalau perlu, tidak memberi nomor hp dan pin kepada sembarang orang yang kita tidak yakin bahwa orang tersebut orang baik. Bukannya negatif thingking, tapi nomor hp adalah nomor telepon pribadi, kita berhak memberikan kepada orang yang kita mau, kalau ragu, lebih baik tidak kita beri. Buat perayu gombal, mencari nomor hp orang yang diincarnya sudah pasti, tergantung kita menyikapinya.
Bagi yang masih sendiripun wajib siaga, jangan terlalu mudah menikmati rayuan yang tidak jelas dari teman dunia maya. Harus kita sadari, tidak hanya  jalan raya yang punya rambu-rambu lalu lintas, tapi dalam berhubungan di dumay pun kita wajib pasang rambu-rambu sendiri. Supaya tidak melesat terlalu jauh ke hubungan yang tidak jelas dan tidak baik.
Pada akhirnya semua kembali lagi kepada masing-masing pribadi, bagaimana kita bersikap tegas dengan rayuan yang tidak jelas. Sangat dianjurkan memanfaatkan pertemanan di dunia maya untuk hal-hal yang baik, menambah pengetahuan dan memperluas jaringan bisnis.
Tidak perlu menghiraukan rayuan yang tidak pada tempatnya. Hati-hati adalah jalan terbaik agar kita tidak terjerumus dalam hubungan gelap yang tidak menguntungkan. Berdiri waspada di awal sangat dianjurkan daripada terjerumus dan susah keluar dari jaring mautnya. Rayuan yang berlebihan biasanya ada udang di balik batu. Bukannya curiga tapi tandanya lampu kuning menyala! Karena penyesalan selalu datang belakangan. Jadi,  tak perlu merasa tidak enak untuk tidak menjawab obrolannya, rayuan gombal tentang cinta ala dunia maya akan hilang dengan sendirinya apabila kita berani menghindar dan berkata tidak. ^_^

*Telah dimuat di Majalah Potret 
Edisi 71 Tahun X
Hal. 52 




Ketika Buku Dianggap Kuno
Oleh Wahyu Widyaningrum*
Siapa tak tahu cerita Harry Potter? Buku karya Joanne Kathleen Rowling atau lebih dikenal sebagai J.K. Rowling ini sudah sangat mendunia. Tapi tahukan anda bahwa di buku Harry Potter seri ke-5, penerbit buku di Kanada memutuskan memakai 100% kertas daur ulang, artinya mereka membatalkan penebangan 39.320 pohon (Bobo, Tahun XXXVII, 14 Mei 2009), luar biasa!
Tapi benarkah keberadaan buku saat sekarang ini sudah dianggap ketinggalan jaman? Membaca buku itu kuno! Masing-masing pasti punya jawabannya sendiri, bagaimana menurut anda?
Buku dan pohon
Kata buku sudah tak asing lagi di telinga kita. Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar (Wikipedia Bebas Indonesia). Bukupun punya pesaing, benarkah? Di jaman yang sudah sangat canggih ini buku mulai dilibas dengan kehadirannya dalam format digital. Begitu banyak media lain dengan segala kelebihan dan kekurangaannya.
Di awal tulisan kita bisa tertegun dan kaget ketika tahu sebuah buku best seller mencetaknya menggunanakan kertas daur ulang. Ya, buku dan pohon memang tidak terpisahkan. Dari pohon kertas dibuat, artinya, banyak pohon ditebang untuk pembuatan kertas! Jadi, setiap pembuatan buku selalu punya andil dalam penebangan pohon. Hmm, padahal kita tahu sekali saat ini baru gencar-gencarnya penanaman hutan kembali karena banjir dan tanah longsor akibat hutan gundul. Penebangan pohon tanpa aturan selalu menyisakan masalah yang proses pemecahannya membutuhkan waktu lama.
E-book
Jaman semakin berkembang, sekarang kita mengenal e-book atau buku elektronik. Buku elektronik ini menggunakan komputer, laptop, telepon pintar atau tablet untuk membacanya. Barang elektronik dengan harga yang tidak murah. Pencuri sering mengincar barang-barang tersebut. Jadi kita tidak bisa menaruhnya di sembarang tempat. Kalau komputer mungkin hanya diam di satu tempat karena besar dan beratnya, tapi laptop, tablet, telepon seluler yang canggih? Hati-hati teman, ketinggalan di tempat umum 5 menit saja kemungkinan besar barang tersebut sudah raib!
E-book disimpan di hard disk komputer. Tergantung seberapa besar daya tampung hard disk tersebut. Semakin besar daya tampungnya, maka akan semakin besar pula isi buku yang bisa disimpannya, begitu sebaliknya. Dan yang pasti e-book ini tidak membutuhkan pohon untuk pembuatannya. Hutan gundul tidak ada sangkut pautnya dengan e-book.
Buku vs e-book
Coba anda perhatikan koleksi buku yang anda punya. Tiap beli satu buku, pasti membutuhkan ruang untuk penyimpanannya. Satu demi satu, lama-lama buku menggunung, butuh tempat yang luas agar buku tersimpan dengan sempurna. Tanpa penyimpanan yang baik, buku bisa dimakan rayap, kena air hujan dari atap yang bocor! Di daerah pegunungan dengan udara yang lembab, buku bisa jamuran kalau kita sembarangan merawatnya.
Tidak mungkin buku kita berkurang kalau kita tidak menguranginya sendiri. Misalnya saja dengan memberikannya di perpustakaan atau dijual ke pengumpul kertas bekas/buku bekas. Alhasil, buku kian menumpuk, tidak bisa tidak. Sedangkan e-book, tempatnya hanya hard disk, sangat sederhana, karena kecanggihnya.
Buku bisa kita baca di mana saja, di bus, di kantor, di sekolah, di pinggir jalan atau dimanapun yang anda sukai. Sambil duduk, tiduran, tengkurap, dengan berbagai gaya, bebas! Simpel, aman dan tidak terlalu berat. Sedangkan e-book, kalau kita simpan di komputer, tidak mungkin kita gotong kemana-mana, ya hanya di tempat, membacapun sambil duduk, tidak mungkin sambil jalan-jalan. Kecuali e-book kita simpan di HP atau tablet, bisa sambil santai, tapi tetap tidak sebebas kita membaca buku.
Membaca buku atau e-book tetap membuat mata capek. Hanya saja buku lebih aman karena tidak ada radiasinya. Tapi e-book, ada radiasi yang terpancar dari layar monitor, yang berbahaya bagi mata kita. Jadi hati-hati dan tahu waktu adalah jalan terbaik untuk membaca baik buku maupun e-book (Sumber: Bobo, Tahun XXXVII, 14 Mei 2009).
Media online lainnya
Selain e-book, kita kenal juga media online yang sangat banyak jumlahnya. Kita bisa bebas memilih apa saja berita yang ingin kita ketahui, hanya sekali klik, ribuan bahkan jutaan berita keluar di layar monitor. Akses media online benar-benar lebih cepat dibandingkan media cetak. Hanya dalam hitungan detik, sebuah berita penting atau tidak penting bisa langsung tersebar ke penjuru dunia. Bukan main!
Baik buku, e-book ataupun media online yang lain selalu memberikan nutrisi ilmu dan bekal baru buat pembacanya. Tergantung kita pandai memilah apakah bermanfaat atau tidak. Teknologi yang semakin mutakhir akan terus berkembang dengan cepat, kita harus selalu siap dengan hal-hal yang baru.
Apakah buku akan lenyap karena dilibas media lain yang lebih canggih dan dianggap kuno? Entahlah, waktu yang akan menjawabnya. Tapi bagaimanapun juga, menyayangi buku dan merawatnya dengan baik adalah hal yang wajib kita lakukan, agar hemat pastinya. Seperti rekan M. Rivan Fajrin dalam tulisannya di Buletin Pustaka Edisi 19 Th IV, September 2013, disitu dikatakan bahwa ketika kita tidak mampu merawat buku dengan sepenuh hari, kita cukup merawatnya dengan sepenuh hati. Karena sejarah akan tetap mencatatnya sebagai sesuatu yang sangat berguna bagi umat manusia. ^_^


*Dimuat di Buletin Pustaka
Volume V. No. 4, Desember 2013
Hal. 9





Karena Dia Bukan Malaikat

Oleh Wahyu Widyaningrum
Sumowono-Jawa Tengah
Bergiat di Komunitas Penulis Ambarawa, anggota IIDN
If love is blind
I'll find my way with you
Cause I can't see myself
Not in love with you
If love is blind
I'll find my way with you
(If Love is Blind by Tiffany)
If Love is Blind
             Lagu lawas yang sempat hit jaman saya masih SMP. Saya dapatkan kasetnya dari seorang teman (cowok tentunya) yang kata orang naksir berat sama saya. Tapi karena tidak cinta, ya saya tolak perasaannya secara halus. Walau kaset tetap saya terima dengan senang hati. Yang istimewa, perhatiannya saya rasakan sampai beberapa tahun kemudian. Cinta memang buta, tapi jangan pernah mau dibutakan oleh cinta.
            Bukan cinta monyet jaman bahuela yang akan saya ceritakan di sini. Ada kisah seorang rekan yang ingin saya bagi buat anda, para pembaca Majalah Potret. Semoga bisa menginspirasi.
If Jealous is Blind
Alkisah, ada seorang suami yang bekerja sebagai ahli reparasi barang elektronik. Rumahnya berfungsi sebagai kantor dan tempat kerja, berada di desa yang jauh dari kota kecamatan. Ruang tamunya penuh dengan televisi, kulkas, tape ataupun kipas angin yang butuh perbaikan.
Karena kerjanya bagus, banyak orang yang menjadi langganannya. Dari tingkat kepala desa, sampai warga biasapun antre mereparasikan barang elektronik yang sudah rusak. Si suami juga siap diundang ke pelanggan yang membutuhkannya. Dari kampung ke kampung sampai dari kota ke kota. Desanya yang lumayan dekat dengan daerah pariwisata membuatnya laris dipanggil hotel-hotel yang memerlukan jasanya. Entah pemasangan AC, air panas, atau mamasang antena parabola. Semua dijalaninya dengan penuh semangat.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Kebutuhan hidup istri dan kedua anak lelakinya tercukupi dengan sempurna, berlebih malah. Tapi ada satu hal yang mulai mengganjal pikirannya, sang istri mulai bersikap tidak biasanya.
Setiap ada sms masuk, istrinya selalu curiga. Pertanyaan yang akan timbulpun sama. Dari mana? siapa? mau apa? Si istri setia menunggui saat suami bercakap di telepon, tentunya dengan muka kecut. Saat dibilang dari pelanggan, tidak ada jawaban dari mulut sang istri, hanya muka semakin masam dengan wajah ditekuk.
Si suami tak begitu memikirkannya, pekerjaannya sangat membutuhkan konsentrasi penuh. Panggilan yang membuatnya harus bekerja cepat sangat dibutuhkan para pengguna jasanya.
Hingga suatu saat, si suami mau membuka internet dan si istri melarangnya. Si suami yang masih bersabar menerangkan, bahwa dia butuh koneksi intenet untuk mengetahui beberapa kode elektronik merk TV yang rusak. Si istri tidak percaya, malah terjadi adu mulut yang diakhiri bantingan pintu kamar. Alasannya sangat standar, dari buka situs porno, janjian kencan sampai janjian sama pegawai hotel. Pekerjaan jadi terbengkalai dan pelanggan murka karena barang elektroniknya tidak selesai sesuai janji.
Si suami masih sabar, walau tingkah lakunya semakin aneh saja. Larangan tak boleh ini itu semakin menjadi teror suami setiap harinya. Sampai pada akhirnya si suami curhat. Pelanggan banyak yang lari karena janji tidak ditepati dan keuangan menurun. Pada klimaksnya, suami bertanya pada istrinya kenapa dia berubah dan masih adakah cinta diantara mereka? Jawabannnya? Sang Istri masih teramat sangat mencintainya!
Love vs Jealous
Curahan seorang suami yang sudah pada taraf putus asa tampak dari kisah di atas. Entahlah apa yang ada dalam pikiran sang istri. Bisa kita simpulkan, cemburu adalah jawaban dari semuanya. Cinta buta plus cemburu tanpa alasan yang jelas! Tak sedikit orang yang mengalaminya. Padahal masih cinta mati lho!
Pernahkah kita merasa kesal hanya karena pasangan kita ngobrol dengan perempuan lain? atau karena sms nyasar ke ponselnya? Ada sebersit rasa tidak suka atau tidak nyaman di hati kita. Cemburu, tapi persennya masih sangat kecil. Kecil, pada saatnya membesar menjadi bom waktu yang dahsyat sekali. Kekhawatiran yang berlebih akan meracuni diri kita sendiri.
Cemburu memang perlu, tapi pada kapasitas tertentu. Saling percaya dan komunikasi adalah benteng utama untuk kelanggengan sebuah hubungan. Cinta dan benci itu jaraknya tak lebih dari satu milimeter, beda dengan cinta dan cemburu, mereka berkawan sangat akrab.
Bersyukurlah memiliki pasangan punya kesabaran dobel tujuhbelas, emosi bisa diredam dan tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Di luar sana, banyak kisah tragis yang membuat mata saya merem, walau telinga tetap mendengar dengan sempurna. Sangat miris mendengar talak mudah diucap kepada pasangannya. Menjadi ringan tangan, karena cemburu yang berlebihan.
Dia Bukan Malaikat
Tiga hari yang lalu, TV saya rusak terkena petir, saya meminta si ahli reparasi untuk mampir ke rumah. Alhamdulilah, rekan yang saya ceritakan dalam kisah di atas bisa datang. Mukanya terlihat cerah, penuh energi baru yang tidak bisa diungkapkan. Disela kesibukannya memperbaiki TV, berceritalah ia.
            “Perempuan memang tidak bisa ditebak, cinta yang menggebu, cemburu tanpa arah. Saya hanya bilang padanya, kalau masih cinta, berubahlah sebelum semua menjadi api yang akan membakar kita sendiri. Saya juga manusia biasa, bukan malaikat!”
            Deg!! Jantung saya serasa berhenti berdetak. Tak pernah terpikir ia bisa menyusun kalimat seindah itu buat istrinya, tanpa melukai perasannya yang sangat sensitiv. Ya, cinta dan cemburu buta sering menimbulkan masalah. Tapi sangat tidak etis menuntut pasangan kita menjadi sempurna, karena dia juga manusia, bukan malaikat.

*Dimuat di Majalah Potret 
Edisi 72 Tahun XI/2014
Hal. 48




Perempuan dan Bencana
Oleh Wahyu Widyaningrum
Siaga bencana menjadi berita utama di banyak media, baik media online, media cetak maupun televisi. Sudah jatuh, tertimpa tangga, sudah diterjang banjir dan tanah longsor, diguncang gempa bumi pula (Tjahyo kumolo, Suara Merdeka, Sabtu, 1 Februari 2014). Bagaimana kiprah, semangat dan ribetnya perempuan dalam bencana yang tidak bisa ditebak ini?
Bencana, lagi dan lagi
Bencana tak seolah tak lepas dari bumi pertiwi. Dari awal Januari sampai hari ini, masih banyak PR tentang bencana yang belum terselesaikan. Mulai dari meletusnya gunung Sinabung, yang telah lima bulan lebih bererupsi, banjir Jakarta yang melebihi tahun-tahun sebelumnya, juga banjir Pantura, Pekalongan, dan beberapa wilayah lainnya. Di daerah Pati, Jawa Tengah, ketinggian air mencapai 2 meter lebih, banyak rumah yang hanya tinggal pucuk atap saja, seperti yang terjadi di Doropayung, Juwana.
Tanah longsor  terjadi di Semarang  serta  beberapa wilayah lain. Banjir dan longsor belum usai, gempa berkekuatan 6,5 skala richter mengguncang daerah selatan Jawa Tengah, yaitu Banyumas, Kebumen, Cilacap, Purworejo serta Magelang. Kejadian yang beruntun dan tidak bisa dielakkan.
Sebenarnya kita sudah sangat akrab dengan yang namanya bencana, misalnya saja gempa Yogyakarta 2006, tsunami Aceh 2004, erupsi Gunung Merapi 2010. Bencana-bencana itu merenggut banyak korban jiwa. Bencana memang datang tak diundang, tapi mau tidak mau kita harus siap menghadapinya.
Sudah banyak yang dilakukan untuk penanggulangan bencana ini, khususnya banjir. Tapi belum dirasakan manfaatnya sampai detik ini. Apalagi di perkotaan yang penuh dengan penduduk, dengan gaya hidup bermacam ragam. Kebersihan yang kurang terjaga, membuang sampah sembarangan, sampai-sampai daerah resapan air yang pohonnya dilibas untuk pemukiman atau mall.
Efeknya memang tidak langsung kentara, tapi di kemudian hari akan sangat membahayakan masyarakat. Benarkah hujan sebagai faktor utama? Mungkin harus diingat bahwa pohon-pohon yang ditebang tanpa aturan yang jelas membuat daerah resapan air berkurang dan bencana siap mengintip.
Perempuan dalam bencana
Perempuan, tak pernah lepas juga dari bencana. Dalam setiap berita tentang bencana,  lansia, anak-anak dan perempuan selalu diutamakan serta didahulukan ditolong dibanding laki-laki. Ribuan cerita tentang perempuan selalu tergambar jelas setiap bencana datang menerjang.
Kita sadar betul, fashion dan kecantikan serta ubo rampenya tak pernah lepas dari perempuan. Dalam keadaan bencanapun, perempuan juga lebih ribet dibanding dengan laki-laki.
Pada gempa Yogyakarta, ada satu cerita yang menggelitik dari teman bahwa di barak pengungsian, stok pembalut wanita sangat minim. Kodratnya perempuan, datang bulan merupakan siklus yang sangat normal untuk usia produktif. Kurangnya pasokan pembalut wanita jelas membuat kepanikan. Biasanya toko juga sudah diserbu pengunjung, barang menjadi langka. Tapi, bencana datang, siapa yang mampu menolaknya?
Ada lagi telepon dari teman waktu gempa Yogyakarta, ia sangat membutuhkan diapers untuk anaknya yang masih balita. Yups, bencana memang membuat apa yang bisa mudah didapat, mendadak sulit didapat di pasaran, kalau adapun harganya akan melambung tinggi.
Perempuan yang sedang mengandung, akan sangat berbahaya dalam lingkungan bencana, apalagi dalam barak pengungsian. Psikisnya pasti akan terganggu. Perasaan dan kekhawatiran seorang perempuan yang sedang mengandung jelas berdampak buruk pada janin yang dikandungnya. Bencana apapun dan dimanapun, perempuan hamil sangat diutamakan untuk segera diberi pertolongan waktu membutuhkan.
Perempuan dalam bencana, seorang perempuan mempunyai bayi yang masih membutuhkan asi. Mereka harus tercukupi kebutuhan gizinya, tempat menyusui juga sangat darurat, dimanapun jadi. Semua bisa maklum, tapi ini pasti juga sangat tidak nyaman. Bencana memang membuat banyak masalah, tapi kita harus bisa menghadapi dan mencari solusi terbaik.
Peran perempuan
            Siapa bilang perempuan hanya ongkang-ongkang kaki saat bencana datang? Tidak sama sekali. Mereka yang masih sehat dan mampu berbagi dengan sesama akan menolong semampu mereka.
Bencana datang menghadang, perempuan juga punya peran yang sangat besar lho. Banyak perempuan menjadi tenaga medis, baik dokter maupun perawat. Mereka bisa lebih sabar dalam menghadapi warga yang membutuhkan pertolongan. Pada beberapa kasus, perempuan juga bisa dengan telaten menangani anak-anak yang trauma akibat bencana alam. Yang pasti kesabaran mereka sangat bisa diandalkan dalam kondisi apapun.
Banyak pula perempuan yang siaga menjadi relawan. Mereka bekerja tanpa lelah dan tanpa kenal waktu, sungguh besar sekali jasanya. Perempuan identik dengan kata lemah, hanya menjadi konco wingking suami (bagi yang sudah bersuami). Tapi jangan salah, perempuan bisa sangat tegar dalam mengahadapi apapun. Bencana, tak membuat mereka berkeluh kesah apalagi meratap. Pada dasarnya kekuatan jiwa perempuan tak kalah dengan laki-laki.
Padahal kita tahu semua, kala bencana mulai sedikit saja teratasi, perempuan kembali dihadapkan masalah baru, yaitu harga-harga yang mahal. Khususnya ibu rumah tangga, akan pusing tujuh keliling memikirkan sembako yang menjulang harganya. Gas elpiji yang harganya tentu saja mengerikan, karena distribusi ke lokasi bencana sangatlah tidak mudah. Tapi, perempuan tetap harus bisa melakukan sesuatu untuk tetap bisa memberi makan sang anak. Tak ada rotan, akarpun jadi.
Perempuan memang kurang simple dalam segi apapaun, tapi merekalah yang bisa mengandung para tunas bangsa ini. Bencana alam, hanya sentilan dari Sang Khalik agar kita bisa lebih memahami alam. Mengerti jiwa, rasa, keinginan dan cinta alam kepada kita. Dengan begitu, alam akan menjadi sahabat sejati. Seperti sosok perempuan, yang selalu menjadi sahabat terbaik buat para penerus bangsa dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. Kekuatan perempuan dalam bencana, ketangguhannya tak bisa diragukan lagi. Jadi tak ada kata lain, majulah perempuan Indonesia!

*Dimuat di Majalah Potret
Edisi 73 Tahun XI/ 2014
Hal.12


 

0 komentar:

Posting Komentar