Kebiasaan atau Paksaan
Seorang luar biasa ini telah hafal
Al-Qur’an di usia 10 tahun. Sebuah karya besarnya buku Al-Qanun fi at-Tib
berupa ensiklopedia tentang obat-obatan, pengobatan dan penyembuhan yang
sistematis. Kegemarannya membaca sejak kecil tak diragukan lagi, beliaulah Ibnu
Sina, seorang yang punya nama besar pada
zamannya dan karyanya masih tetap dikenang hingga sekarang. Bagaimana dengan
kita, di jaman yang sangat canggih ini, apakah membaca sudah menjadi kebiasaan?
Atau malah paksaan?
Membaca
adalah jendela dunia, sudah
biasa kita dengar dan terpampang di banner
di pinggir jalan maupun sekolah. Tapi benarkah kita sudah gemar membaca?
Menurut Indari Mastuti, seorang penulis yang juga CEO Indscrip Creative ini
mengatakan bahwa membaca membuat kita punya ide segudang dalam menulis.
Terutama bagi seorang penulis, membaca adalah santapan wajib harian agar ide
yang tercipta di kepala meledak-ledak tak ada habisnya. Membiasakan membaca tak
mudah tapi juga tak sulit. Karena membaca bisa apa saja dan dimana saja. Membaca
ensiklopedia, koran, novel, berita online,
banner, buku, atau kamus. Tak
masalah, selama yang kita baca menambah pengetahuan dan ide kreatif, lanjut
meluncur.
Hanya saja masih banyak yang merasa
bahwa membaca adalah paksaan. Bagi para pelajar khususnya, bisa jadi membaca
buku pelajaran yang tidak disukai karena terpaksa karena besok ada ulangan. Bandingkan
membaca status facebook seharian yang
tak ada bosannya. Wah, harus diformat ulang manfaat dari membaca itu seperti
apa. Dengan tahu manfaatnya, diharapkan kegemaran membaca tak lagi menjadi
paksaan tapi kebiasaan. Malu kan seorang Ibnu Sina yang hidup di jaman yang telah
lalu saja karyanya hebat hasil dari kegemarannya membaca. Kita sekarang dengan
fasilitas yang serba ada masih malas membaca.
Nah, bagi anda pribadi, membaca itu
kebiasaan atau paksaan, sih? Silakan jawab dengan jujur. Salam membaca!
Setujuuu !! Membaca adalah jendela dunia. Bagi saya, membaca adalah sebuah kebutuhan.
BalasHapusiyap mbak :)
BalasHapus